KETIKA LUKA
MENYAPA CINTA
“Jangan pernah panggil namaku lagi
setelah toga itu disematkan padaku suatu saat nanti. Aku tak ingin bertemu
denganmu lagi,bahkan mengingatmu aku sudah tak mau. Karena, mengingatmu seperti
menguak luka lama yang tak kunjung kering”
Entah harus mulai dari mana…
kisah hati yang rumit, kisah yang lama kualami tapi luka itu masih terasa,
perih… ya, luka itu masih belum kering juga hingga kini. Dion, lelaki yang
mengejar hatiku berbulan-bulan, yang menunggu jawaban hatiku begitu lama tapi,
tak sedikitpun dari perjuangannya selama itu belum mampu menyentuh hatiku. Begitu banyak pujian terlontar dari
sahabat-sahabatku tentang Dion, tapi tak sedikitpun dari berbagai kelebihannya
itu mampu mencairkan hatiku. Setiap hari setiap datang ke kampus suara-suara
sumbang terdengar dari teman-teman kelasku, aku hanya tertawa geli
mendengarnya. Segalanya seolah-olah jodohku mereka yang menentukan.
Dan hingga hari itupun datang,
yang hingga hari inipun aku sendiri masih tak bisa mengerti kenapa aku bisa
terjatuh di hatinya. Di hari itu untuk kesekian kalinya kudengar dion
mengungkapkan kembali perasaannya. Kucoba untuk menjalani dengannya, tak buruk
menurutku. Minggu pertama layaknya orang yang pertama kali jatuh cinta.lucu
menurutku. Akupun sedikit malu untuk mengingatnya. Padahal, ini bukan pertama
kalinya aku jatuh hati. tatapan teduhnya, perhatian yang selalu ia berikan.
Aah, pasti kalian mengerti sahabat, tak perlu panjang lebar untuk menguraikan
apa yang kurasa saat itu.
Minggu minggu berikutnya semua
terasa hambar, entah apa yang terjadi. Keretakan hati itu mulai kurasa walaupun
belum jelas terlihat. Dion mulai menjauh, hatiku seperti ditarik ulur. Ribuan
Pertanyaan hati yang tak terjawab semakin mengiris perasaan yang selama ini
kujaga. Dan di sore itu, Tak dapat kulupakan saat itu,ketika sang waktu
beranjak senja ponselku berdering. Pesan singkat dari Dion, Ia ingin bertemu
denganku, sejenak aku mampu tersenyum disela ketidakjelasan hubunganku
dengannya. Segera aku mematut diriku di depan cermin, kerudung yang sedikit
miring kurapikan. Rona merah dipipiku tak mampu kututupi lagi.
****
Butir-butir airmata di pipiku
luruh begitu saja. Dion, laki-laki itu telah menikamkan luka yang begitu dalam
di hatiku. Siapa yang menyangka, keinginannya bertemu denganku sore itu
berujung perih untuk cintaku. Dan hingga kinipun ribuan pertanyaan yang
terlintas dihatiku belum juga terjawab. Aku tak benar-benar tahu apakah
alasannya menghindar dariku selama ini karena keinginannya pisah denganku. Dia
yang memulai melukis pelangi untuk hari-hariku, dia yang memulai meretakkan
perasaanku, dan kini mengakhirinya dengan menggores luka dihatiku.
Semenjak hari itu tak ada
komunikasi antara aku dan Dion, ketika aku memulai pembicaraan mencari tahu apa
alasan yang jelas tentang keinginannya berpisah denganku, tak ada jawaban yang
jelas, yang ada hanya tatapan kosong tak bermakna, dan satu kata “maaf”. Aku
terus berpikir apa salahku sebenarnya? Atau memang aku yang telah jatuh di hati
yang salah?. Hujan yang luruh dihatiku kian deras, luka itu kian basah.
Perlahan rasa yang kupunya berubah jadi benci yang menjalari otakku,. jiwaku
memberontak, ketika virus benci itu menembus asaku, rasa kehilangan kian
muncul.
Senyum seperti tak mau menyapaku
lagi, bahkan sahabatkupun mengatakanku bodoh, tolol!! Kenapa harus terlalu
larut dalam kesedihan untuk meratapi lelaki brengsek yang menyakiti perasaanku.
Kehadiran sahabat-sahabtku mampu menenangkan hatiku. Sebut saja namanya Alya,
sahabat tempatku mencurahkan segala keluh kesahku, yang selama ini mendengarkan
apapun ceritaku tentang dion, hingga hatiku yang hancur karena Dionpun tak
luput dari perhatiannya.
Hatiku kian kecewa, disaat
belakangan aku tahu, Alya semakin dekat dengan dion. Dan hari ini aku tahu
Alyalah penyebab retaknya hubunganku dengan Dion. Tapi kenapa harus
sahabatku??? Lukaku yang tak kunjung kering kian dalam, bernanah darah.setiap
menatap mereka berdua, itu luka bagiku. Melihat mereka tertawa perih untukku.
Bodohkah aku?? Salahkah aku?? Terus menangisi perihnya hatiku karena
orang-orang yang telah mengkhianatiku. Aku makin merasa tak ada yang memang
tulus sayang padaku, bahkan langitpun sepertinya tak mau lagi memberikan
sedikit senyumnya untukku.
sejak itu otakku bertindak semaunya dan
berkomitmen dengan hatiku “Untuk kalian, Jangan pernah panggil namaku lagi
setelah toga itu disematkan padaku suatu saat nanti. Aku tak ingin bertemu
denganmu lagi,bahkan mengingatmu aku sudah tak mau. Karena, mengingatmu seperti
menguak luka lama yang tak kunjung kering”. Dan bila suatu saat nanti luka itu
mengering, sakit itu sepertinya tak bisa kulupa, karena bekasnya menjadi
pengingat bagiku.
UNTUK
ORANG-ORANG YANG TELAH MENYAKITIKU, SEMOGA RIDHA TUHAN SELALU BERSAMA KALIAN,
FITRI
PUSPITASARI
“SAMATA,
JUMAT 13 APRIL, 2012”
saya suka sekali blog ini sungguh manis sekali, dan saya sudah mengikuti di nomor 25, saya harap anda juga melakukan hal yg sama seperti saya melakukan ke anda
BalasHapusterima kasih